Kamis, 18 Desember 2014

PEMERIKSAAN REPRODUKSI DAN KEHAMILAN


A.    PAP SMEAR
1.      Definisi
Pap smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kaelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Fitria, 2007).
Pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas darisistem alat kandungan wanita (Lestadi, 2009).

2.      Tujuan
Tujuan tes pap smear menurut Sukaca 2009 adalah:
a.       Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker serviks.
b.      Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang belum menderita kanker.
c.       Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim.
d.      Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.

3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pap smear
a.       Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering ditemukan pada usia 35-55 tahun dan memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker leher rahim. Semakin tua umur seseorang akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya proses kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat saja, tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran (Fitria,2007).
b.      Sosial ekonomi
Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada sel-sel mulut rahim, hal ini karena ketidak mampuan melakukan pap smear secara rutin (Fitria, 2007).
c.       Paritas
Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat mempunyai resiko terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Jika jumlah anak menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim yang dapat berkembang pada keganasan (Fitria,2007).
d.      Usia wanita saat nikah
Usia menikah <20 tahun mempunyai resiko lebih besar karena pada saat usia muda sel-sel rahim masih belum matang, maka sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam perubahanya, jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa merubah sifat menjadi sel kanker (Fitria, 2007).

4.      Wanita yang dianjurkan tes pap smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri, berikut ini adalah wanita-wanita sasaran tes pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
a.       Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
b.      Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HIV atau kutil kelamin.
c.       Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.
d.      Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
e.       Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.
f.       Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap smear.
g.      Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks.

5.      Persiapan Pemeriksaan Pap Smear
Persiapan yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan pap smear yaitu :
1.      Menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam dalam bath tub, selama 24 jam sebelum pemeriksaan, untuk menghindari ‘kontaminasi’ ke dalam vagina yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan.
2.      Tidak sedang  menstruasi , karena darah dan sel dari dalam rahim dapat mengganggu keakuratan hasil pap smear.

6.      Cara pengambilan sampel Pap smear
Langkah-langkah Pengambilan pap smear (Romauli dan Vindari,2011) yaitu:
a. Persiapan pasien
a)      Melakukan informent concent.
b)      Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi dan lampu sorot.
c)      Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah.
d)     Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur ginekologi dengan posisi litotomi.
b. Pesiapan alat
a)      Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti hanscun, speculum cocor bebek, spatula ayre yang telah dimodifikasi, lidi kapas atau cytobrush, kaca objek glass, botol khusus berisi alkohol 95%, cytocrep atau hair spray, tampon tang, kasa steril pada tempatnya, formuler permintaan pemeriksaan sitologi pap smear, lampu sorot, waskom berisi larutan klorin 0,5%, tempat sampah, tempat tidur ginekologi, sampiran.
b)      Menyusun perlengkapa/bahan secara ergonomis.
c. Pelaksanaan
1.      Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.
2.      Mengunakan hanscun steril.
3.      Melakukan vulva higyene.
4.      Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi.
5.      Memasang speculum dalam vagina.
6.      Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung spatula yang berbentuk lonjong, apus sekret dari seluruh permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan dengan mengerakkan spatel ayre searah jarum jam, diputar melingkar 3600.
7.      Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca object glass secukupnya, jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.
8.      Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cara:
·         Fiksasi Basah
Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu secret masih segar dimasukkan kedalam alkohol 95%.Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan keringterfiksasi atau dapat pula sediaan dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksasi didalam botol.
·         Fiksasi Kering
Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih seger disemprotkan cytocrep atau hair spray pada object glass yang mengandung asupan secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object glass, sebanyak 2-4 kali semprotkan. Kemudian keringkan sediaan dengan membiarkannya diudara terbuka selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan siap dikirimkan ke laboratorium sitologi untuk diperiksa bersamaan dengan formulir permintaan.
9.      Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril dengan menggunakan tampon tang.
10.   Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan.
11.   Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.
12.   Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung tangan (merendam dalam larutan clorin 0,5%).
13.  Cuci tangan
14.  Mencatat hasil tindakan dalam status.

7.      Pengelompokan pap smear
Pengelompokan atau Pengklasifikasian pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
a.       Kelas I
Pada kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1tahun lagi.
b.      Kelas II
Pada kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, terkadang disertai dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik ringan.Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatanya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada radang bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan.
c.       Kelas III
Kelas III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat,periksa ulang dilakukan setelah pengobatan.
d.      Kelas IV
Dikelas IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas.
e.       Kelas V
Ditemukan sel-sel ganas.

    B.     TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex)
1.      Definisi
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.

2.      Infeksi TORCH yang mengancam Ibu Hamil
a.      Toksoplasmosis
Toksoplasmosis Infeksi ini ditularkan oleh parasit (protozoan parasite Toxoplasma gondii). parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan.Sumbernya terutama adalah daging yang tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak mencuci tangan sebelum makan Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau keguguran spontan, meski prosentasenya kecil.
b.      Infeksi rubela
Infeksi ini juga dikenal dengan campak Jerman.Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25%. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

c.       Cytomegalovirus (CMV) 
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh. Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.Virus ini ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan. Akibat infeksi ini bisa fatal karena menyebabkan cacat bawaan pada janin. Belum ada pengobatan yang bisa mencegah infeksi virus ini.
d.      Herpes simplex 
Virus herpes terdiri dari 2 jenis, yaitu herpes simplex 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV 2). Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus) Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.

3.      Pemeriksaan TORCH
a.       Cara mengetahui infeksi TORCH adalah dengan mendeteksi adanya antibodi dalam darah pasien, yaitu dengan pemeriksaan :
-       Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG 
(untuk mendeteksi infeksi Toxoplasma)
-       Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG 
(Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
-       Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG 
(untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)
-       Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG
(untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)
b.      Siapa dan kapan perlu melakukan pemeriksaan TORCH
·         Wanita yang akan hamil atau merencanakan segera hamil
·         Wanita yang baru/sedang hamil bila hasil sebelumnya negatif atau belum diperiksa, idealnya dipantau setiap 3 bulan sekali
·         Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil
c.       Interprestasi Hasil Laboratorium TORCH
-       Pemeriksaan toxoplasma
cara untuk menentukan apakah seorang ibu terinfeksi atau tidak adalah dengan pemeriksaan serum darah yang akan menunjukkan ada tidaknya parasit bernama Toxoplasma gondii.
-       IgM (Immunoglobulin M) dan IgG (Immunoglobulin G). sebagai reaksi terhadap masuknya mahluk asing ke dalam tubuh.Antibodi IgM akan muncul di minggu pertama terjadinya infeksi, mencapai puncak pada satu bulan, kemudian mengalami penurunan.Kira-kira 4 minggu setelah terjadinya infeksi primer akan terbentuk pula IgG (Immunoglobulin G) yang merupakan suatu zat penangkis atau kekebalan tubuh.
-       Bila IgM positif sedangkan IgG negatif berarti menunjukkan adanya infeksi baru. Jika pada pemeriksaan ulang hasil IgM kemudian menjadi negatif, berarti IgM yang terdeteksi semula tidak spesifik. Antibodi IgG yang muncul beberapa minggu setelah respons IgM akan mencapai maksimum 6 bulan kemudian. Angka yang tinggi dapat bertahan selama beberapa tahun, tetapi akhirnya terjadi penurunan sedikit demi sedikit, menghasilkan kadar yang rendah dan stabil yang mungkin bertahan seumur hidup. Jadi, ibu yang pernah terinfeksi toksoplasmosis di masa lalu, titer IgG-nya tidak pernah nol ataupun negatif.


     C.    ANALISA SEMEN
1.      Definisi
 Analisis Sperma adalah suatu pemeriksaan yang penting untuk menilai fungsi organ reproduksi pria (untuk mengetahui apakah seorang pria fertil atau infertil). Semen harus diperiksa dari seluruh ejakulat. Karena itu mengambilnya dari tubuh harus dengan masturbasi atau coitus interuptus ( bersetubuh dan waktu ejakulasi,persetubuhan dihentikan dan mani ditampung semua). Ada juga bersetubuh dengan menggunakan kondom khusus. Sebelum melakukan pemeriksaan disarankan untuk berpuasa bersetubuh ( abstinensi ) terbaik sekitar 3-5 hari. Pemeriksaan semen terbaik selambatnya sejam sesudah ejakulasi.
Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil yang berenang-renang di dalam semen disebut sperma.
Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada sistim produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan. Perlu diketahui, hampir setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh keturunan, disebabkan karena ketidaksuburan pasangan prianya.

2.      Hal yang penting pada pemeriksaan sperma
Ada tahapan penting pada pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap pemeriksaan sperma. Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1)      Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam keadaan letih atau lapar.
2)      Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan 2 – 7 hari harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara apapun.
3)      Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat dari gelas.
4)      Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll. Sedangkan pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan sampel semen di laboratorium.

3.      Karakteristik Semen
Menurut WHO, berikut adalah empat kriteria yang dilihat dalam pengujian semen:
a.       Volume
Pria subur rata-rata mengeluarkan 2 hingga 5 cc semen dalam satu kali ejakulasi. Secara konsisten mengeluarkan kurang dari 1,5 cc (hypospermia) atau lebih dari 5,5 cc (hyperspermia) dikatakan abnormal. Volume lebih sedikit biasanya terjadi bila sangat sering berejakulasi, volume yang lebih banyak terjadi setelah lama “berpuasa”.
b.      Konsentrasi sperma
Pria subur memiliki konsentrasi sperma di atas 20 juta per cc atau 40 juta secara keseluruhan. Jumlah di bawah 20 juta/cc dikatakan konsentrasi sperma rendah dan di bawah 10 juta/cc digolongkan sangat rendah. Istilah kedokteran untuk konsentrasi sperma rendah adalah oligospermia. Bila sama sekali tidak ada sperma disebut azoospermia. Semen pria yang tidak memiliki sperma secara kasat mata terlihat sama dengan semen pria lainnya, hanya pengamatan melalui mikroskoplah yang dapat membedakannya.
c.       Morfologi Sperma
Sperma normal memiliki bentuk kepala oval beraturan dengan ekor lurus panjang di tengahnya. Sperma yang bentuknya tidak normal (disebut teratozoospermia) seperti kepala bulat, kepala pipih, kepala terlalu besar, kepala ganda, tidak berekor, dll, adalah sperma abnormal dan tidak dapat membuahi telur. Hanya sperma yang bentuknya sempurna yang disebut normal. Pria normal memproduksi paling tidak 30% sperma berbentuk normal.
d.      Motilitas (Pergerakan) Sperma
Sperma terdiri dari dua jenis, yaitu yang dapat berenang maju dan yang tidak. Hanya sperma yang dapat berenang maju dengan cepatlah yang dapat mencapai sel telur. Sperma yang tidak bergerak tidak ada gunanya. Menurut WHO, motilitas sperma digolongkan dalam empat tingkatan:
-       Kelas a: : sperma yang berenang maju dengan cepat dalam garis lurus seperti peluru kendali.
-       Kelas b : sperma yang berenang maju tetapi dalam garis melengkung atau bergelombang, atau dalam garis lurus tetapi lambat.
-       Kelas c : sperma yang menggerakkan ekornya tetapi tidak melaju.
-       Kelas d : sperma yang tidak bergerak sama sekali.
Sperma kelas c dan d adalah sperma yang buruk. Pria yang subur memproduksi paling tidak 50% sperma kelas a dan b. Bila proporsinya kurang dari itu, kemungkinan akan sulit memiliki anak.Motilitas sperma juga dapat terkendala bila sperma saling berhimpitan secara kelompok sehinga menyulitkan gerakan mereka menuju ke sel telur.

4.      Hal yang akan diperiksa saat analisis sperma
Berikut ini beberapa hal yang akan diperiksa saat analisis sperma di lakukan:
1)      Hitungan sperma (sperm count). Angka yang normal untuk ini adalah 200 juta per sentimeter kubik.
2)       Kelincahan gerak (motilitas). Uji ini, yang diberi nilai dari buruk sampai istimewa, menyatakan tingkat aktivitas sperma. Jika sperma tidak bergerak, mereka tidak dapat sampai ke telur. Sederhana sekali.
3)       Morfologi. Ini memberi informasi tentang bentuk sperma anda. Bisa mikro (dalam hal ini berarti terlalu kecil), bisa makro (dalam hal ini berarti terlalu besar). Ukuran yang diharapkan adalah sedang.
4)      pH. Semen harus bersifat agak basa -7,0 hingga 8,5.
5)      Viskositas. Semen harus mudah dituang.
6)      Volume. Yang normal dalam hai ini adalah dua hingga lima sentimeter kubik (kira-kira 1/2 hingga 1 sendok teh).

5.      Hasil pemeriksaan
Standar yang telah ditetapkan WHO adalah:
·         Volume :  2 ml atau lebih
·         pH : 7,2 sampai dengan 8,0
·         Konsentrasi spermatozoa: 20 juta spermatozoa / ml atau lebih
·         Jumlah total spermatozoa : 40 juta spermatozoa per ejakulasi atau lebih
·         Motilitas spermatozoa : Dalam waktu 1 jam setelah ejakulasi, sebanyak 50% dari jumlah total spermatozoa yang hidup, masih bergerak secara aktif.
·         Morfologi permatozoa : 30% atau lebih memiliki bentuk yang normal
·         Vitalitas spermatozoa : 75% atau lebih dalam keadaan hidup
·         Jumlah sel darah putih : lebih sedikit dari 1 juta sel/ml

Dari standar yang telah disebutkan tersebut, dokter akan membuat suatu simpulan yang akan diterima oleh Anda sebagai hasil analisis sperma. Adapun macam dan definisi dari kesimpulan tersebut adalah:
1)      Normozoospermia: Karakteristik normal.
2)      Oligozoospermia: Konsentrasi spermatozoa kurang dari 20 juta per ml.
3)      Asthenozoospermia: Jumlah sperma yang masih hidup dan bergerak secara aktif, dalam waktu 1 jam setelah ejakulasi, urang dari 50%.
4)      Teratozoospermia: Jumlah sperma dengan morfologi normal kurang dari 30%.
5)      Oligoasthenoteratozoospermia: Kelainan campuran dari 3 variabel yang telah disebutkan sebelumnya.
6)      Azoospermia: Tidak adanya spermatozoa dalam sperma
7)      Aspermia: Sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma
Dari interpretasi inilah, awal masalah ketidaksuburan sebuah pasangan dapat terungkap. Dengan demikian, dokter dan timnya akan dapat membuat suatu rencana pengobatan untuk menjadi solusi ketidaksuburan seorang pria.
Apabila hasil analisis sperma menyatakan nilai normal, kemungkinan besar penyebab ketidaksuburan terdapat pada sang wanita. Oleh karena itu, analisis kesuburan wanita dapat dijalankan sebagai langkah lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2010. WHO laboratory manual for the examination and processing of human semen, 5th ed. WHO Press, Geneva

Edward, EW. Semen Evaluation in Reproductive Medicine and Surgery. By Mosby – Year Book. Inc. St Louis 1995 : 526 -45.


1 komentar: