A.
PAP
SMEAR
1. Definisi
Pap
smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun
lamanya untuk mendeteksi kelainan-kaelainan yang terjadi pada sel-sel leher
rahim (Fitria, 2007).
Pap
smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas darisistem alat kandungan
wanita (Lestadi, 2009).
2.
Tujuan
Tujuan tes pap smear menurut Sukaca 2009
adalah:
a.
Mencoba
menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker
serviks.
b.
Alat untuk
mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang belum
menderita kanker.
c.
Untuk mengetahui
kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim.
d.
Mengetahui
tingkat berapa keganasan serviks.
3.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pap smear
a.
Umur
Perubahan
sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering ditemukan pada usia 35-55 tahun
dan memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker leher rahim. Semakin
tua umur seseorang akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya proses
kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat saja, tetapi pada seluruh organ
tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran (Fitria,2007).
b.
Sosial ekonomi
Golongan
sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada sel-sel mulut
rahim, hal ini karena ketidak mampuan melakukan pap smear secara rutin (Fitria,
2007).
c.
Paritas
Paritas
adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas
dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat
mempunyai resiko terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada leher
rahim. Jika jumlah anak menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut
rahim yang dapat berkembang pada keganasan (Fitria,2007).
d.
Usia wanita saat
nikah
Usia
menikah <20 tahun mempunyai resiko lebih besar karena pada saat usia muda sel-sel
rahim masih belum matang, maka sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat
kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam perubahanya, jika belum matang,
bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dan sel yang
mati, sehingga kelebihan sel ini bisa merubah sifat menjadi sel kanker (Fitria,
2007).
4.
Wanita yang
dianjurkan tes pap smear
Wanita yang dianjurkan
untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka yang tinggi aktifitas seksualnya.
Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas
seksualnya memeriksakan diri, berikut ini adalah wanita-wanita sasaran tes pap
smear (Sukaca, 2009) yaitu:
a.
Setiap 6-12
bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum menikah namun
aktivitas seksualnya sangat tinggi.
b.
Setiap 6-12
bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual atau pernah menderita
infeksi HIV atau kutil kelamin.
c.
Setiap tahun
untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.
d.
Setiap tahun
untuk wanita yang memakai pil KB.
e.
Pap tes setahun
sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.
f.
Sesudah 2 kali
pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita resiko tinggi
harus lebih sering menjalankan pap smear.
g.
Sesering mungkin
jika hasil pap smear menunjukkan abnormal sesering mungkin setelah penilaian
dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks.
5.
Persiapan Pemeriksaan Pap Smear
Persiapan yang dapat
dilakukan untuk pemeriksaan pap smear yaitu :
1.
Menghindari persetubuhan, penggunaan
tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam dalam bath tub, selama 24 jam
sebelum pemeriksaan, untuk menghindari ‘kontaminasi’ ke dalam vagina yang dapat
mengacaukan hasil pemeriksaan.
2.
Tidak sedang menstruasi ,
karena darah dan sel dari dalam rahim dapat mengganggu keakuratan hasil pap
smear.
6.
Cara pengambilan sampel Pap smear
Langkah-langkah Pengambilan pap smear (Romauli dan
Vindari,2011) yaitu:
a.
Persiapan pasien
a)
Melakukan
informent concent.
b)
Menyiapkan
lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi dan lampu sorot.
c)
Menganjurkan
klien membuka pakaian bagian bawah.
d)
Menganjurkan
klien berbaring ditempat tidur ginekologi dengan posisi litotomi.
b.
Pesiapan alat
a)
Menyiapkan
perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti hanscun, speculum cocor bebek,
spatula ayre yang telah dimodifikasi, lidi kapas atau cytobrush, kaca objek
glass, botol khusus berisi alkohol 95%, cytocrep atau hair spray, tampon tang,
kasa steril pada tempatnya, formuler permintaan pemeriksaan sitologi pap smear,
lampu sorot, waskom berisi larutan klorin 0,5%, tempat sampah, tempat tidur
ginekologi, sampiran.
b)
Menyusun
perlengkapa/bahan secara ergonomis.
c.
Pelaksanaan
1.
Mencuci tangan
dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah dan mengeringkan
dengan handuk kering dan bersih.
2.
Mengunakan
hanscun steril.
3.
Melakukan vulva
higyene.
4.
Memperhatikan
vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi.
5.
Memasang
speculum dalam vagina.
6.
Masukkan spatula
ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung spatula yang berbentuk lonjong, apus
sekret dari seluruh permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan dengan mengerakkan
spatel ayre searah jarum jam, diputar melingkar 3600.
7.
Ulaskan secret
yang telah diperoleh pada kaca object glass secukupnya, jangan terlalu tebal
dan jangan terlalu tipis.
8.
Fiksasi segera
sediaan yang telah dibuat dengan cara:
·
Fiksasi Basah
Fiksasi
basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu secret masih segar dimasukkan
kedalam alkohol 95%.Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat diangkat
dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan keringterfiksasi atau dapat pula
sediaan dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksasi didalam botol.
·
Fiksasi Kering
Fiksasi
kering dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih seger
disemprotkan cytocrep atau hair spray pada object glass yang mengandung asupan secret
tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object glass, sebanyak 2-4 kali
semprotkan. Kemudian keringkan sediaan dengan membiarkannya diudara terbuka
selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan siap dikirimkan ke laboratorium
sitologi untuk diperiksa bersamaan dengan formulir permintaan.
9.
Bersihkan porsio
dan dinding vagina dengan kasa steril dengan menggunakan tampon tang.
10.
Keluarkan speculum dari vagina secara
perlahan-lahan.
11.
Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai
dilakukan.
12.
Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan
melepaskan sarung tangan (merendam dalam larutan clorin 0,5%).
13.
Cuci tangan
14.
Mencatat hasil
tindakan dalam status.
7.
Pengelompokan
pap smear
Pengelompokan
atau Pengklasifikasian pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
a.
Kelas I
Pada
kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1tahun lagi.
b.
Kelas II
Pada
kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, terkadang disertai
dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik
ringan.Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatanya disesuaikan dengan
penyebabnya. Bila ada radang bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang
setelah pengobatan.
c.
Kelas III
Kelas
III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat,periksa ulang
dilakukan setelah pengobatan.
d.
Kelas IV
Dikelas
IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas.
e.
Kelas V
Ditemukan
sel-sel ganas.
B.
TORCH
(toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex)
1. Definisi
TORCH adalah
istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil.
ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita
maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.
2.
Infeksi
TORCH yang mengancam Ibu Hamil
a. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis Infeksi ini ditularkan oleh parasit (protozoan
parasite Toxoplasma gondii). parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan.Sumbernya terutama adalah daging yang tidak dimasak matang atau
sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media
penularan jika kita tidak mencuci tangan sebelum makan Pada kasus infeksi
maternal primer yang terjadi pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari
plasenta dan menyebabkan cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau
keguguran spontan, meski prosentasenya kecil.
b. Infeksi rubela
Infeksi ini juga dikenal dengan campak
Jerman.Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena
dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan
pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika
infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25%. Pemeriksaan
Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat
sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk
divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk
diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella
bawaan.
c. Cytomegalovirus (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus
Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti
halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam
tubuh. Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko
tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran
otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Pemeriksaan laboratorium
sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana
infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang
silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.Virus ini
ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan. Akibat infeksi ini
bisa fatal karena menyebabkan cacat bawaan pada janin. Belum ada pengobatan
yang bisa mencegah infeksi virus ini.
d. Herpes simplex
Virus herpes terdiri dari 2 jenis,
yaitu herpes simplex 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV 2). Infeksi HSV
II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk
mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan
mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat
kehamilan.
3.
Pemeriksaan TORCH
a.
Cara mengetahui infeksi TORCH adalah
dengan mendeteksi adanya antibodi dalam darah pasien, yaitu dengan pemeriksaan
:
-
Anti-Toxoplasma
IgM dan Anti-Toxoplasma IgG
(untuk
mendeteksi infeksi Toxoplasma)
-
Anti-Rubella
IgM dan Anti-Rubella IgG
(Untuk
mendeteksi infeksi Rubella)
-
Anti-CMV IgM dan Anti-CMV
IgG
(untuk
mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)
-
Anti-HSV2
IgM dan Anti-HSV2 IgG
(untuk
mendeteksi infeksi virus Herpes)
b.
Siapa dan
kapan perlu melakukan pemeriksaan TORCH
·
Wanita yang akan hamil atau
merencanakan segera hamil
·
Wanita yang baru/sedang hamil bila
hasil sebelumnya negatif atau belum diperiksa, idealnya dipantau setiap 3 bulan
sekali
·
Bayi baru lahir yang ibunya
terinfeksi pada saat hamil
c. Interprestasi Hasil Laboratorium TORCH
-
Pemeriksaan
toxoplasma
cara untuk menentukan apakah seorang
ibu terinfeksi atau tidak adalah dengan pemeriksaan serum darah yang akan
menunjukkan ada tidaknya parasit bernama Toxoplasma gondii.
-
IgM (Immunoglobulin
M) dan IgG (Immunoglobulin G). sebagai reaksi terhadap masuknya
mahluk asing ke dalam tubuh.Antibodi IgM akan muncul di minggu pertama
terjadinya infeksi, mencapai puncak pada satu bulan, kemudian mengalami
penurunan.Kira-kira 4 minggu setelah terjadinya infeksi primer akan terbentuk pula
IgG (Immunoglobulin G) yang merupakan suatu zat penangkis atau kekebalan
tubuh.
-
Bila IgM positif sedangkan IgG
negatif berarti menunjukkan adanya infeksi baru. Jika pada pemeriksaan ulang
hasil IgM kemudian menjadi negatif, berarti IgM yang terdeteksi semula tidak
spesifik. Antibodi IgG yang muncul beberapa minggu setelah respons IgM akan
mencapai maksimum 6 bulan kemudian. Angka yang tinggi dapat bertahan selama
beberapa tahun, tetapi akhirnya terjadi penurunan sedikit demi sedikit,
menghasilkan kadar yang rendah dan stabil yang mungkin bertahan seumur hidup.
Jadi, ibu yang pernah terinfeksi toksoplasmosis di masa lalu, titer IgG-nya
tidak pernah nol ataupun negatif.
C. ANALISA SEMEN
1. Definisi
Analisis Sperma adalah suatu
pemeriksaan yang penting untuk menilai fungsi organ reproduksi pria (untuk
mengetahui apakah seorang pria fertil atau infertil). Semen harus diperiksa
dari seluruh ejakulat. Karena itu mengambilnya dari tubuh harus dengan
masturbasi atau coitus interuptus ( bersetubuh dan waktu ejakulasi,persetubuhan
dihentikan dan mani ditampung semua). Ada juga bersetubuh dengan menggunakan
kondom khusus. Sebelum melakukan pemeriksaan disarankan untuk berpuasa
bersetubuh ( abstinensi ) terbaik sekitar 3-5 hari. Pemeriksaan semen terbaik
selambatnya sejam sesudah ejakulasi.
Pemeriksaan
sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Pengertian semen
berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar
dari alat kelamin pria saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil
yang berenang-renang di dalam semen disebut sperma.
Analisis
semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan kesuburan
pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada sistim
produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan.
Perlu diketahui, hampir setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh
keturunan, disebabkan karena ketidaksuburan pasangan prianya.
2. Hal
yang penting pada pemeriksaan sperma
Ada tahapan penting
pada pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap pemeriksaan
sperma. Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah :
1) Pria
yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam
keadaan letih atau lapar.
2) Tiga
atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan
aktifitas seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan
2 – 7 hari harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri,
tapi dengan cara apapun.
3) Semen
(sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan
tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat dari gelas.
4) Masturbasi
tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll. Sedangkan
pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan sampel semen di laboratorium.
3.
Karakteristik Semen
Menurut WHO, berikut adalah empat kriteria yang dilihat dalam pengujian
semen:
a.
Volume
Pria subur rata-rata mengeluarkan 2 hingga 5 cc semen dalam satu kali
ejakulasi. Secara konsisten mengeluarkan kurang dari 1,5 cc (hypospermia) atau
lebih dari 5,5 cc (hyperspermia) dikatakan abnormal. Volume lebih sedikit
biasanya terjadi bila sangat sering berejakulasi, volume yang lebih banyak
terjadi setelah lama “berpuasa”.
b.
Konsentrasi sperma
Pria subur memiliki konsentrasi sperma di atas 20 juta per cc atau 40 juta
secara keseluruhan. Jumlah di bawah 20 juta/cc dikatakan konsentrasi sperma
rendah dan di bawah 10 juta/cc digolongkan sangat rendah. Istilah kedokteran
untuk konsentrasi sperma rendah adalah oligospermia. Bila sama sekali tidak ada
sperma disebut azoospermia. Semen pria yang tidak memiliki sperma secara kasat
mata terlihat sama dengan semen pria lainnya, hanya pengamatan melalui
mikroskoplah yang dapat membedakannya.
c.
Morfologi Sperma
Sperma normal memiliki bentuk kepala oval beraturan dengan ekor lurus
panjang di tengahnya. Sperma yang bentuknya tidak normal (disebut teratozoospermia)
seperti kepala bulat, kepala pipih, kepala terlalu besar, kepala ganda, tidak
berekor, dll, adalah sperma abnormal dan tidak dapat membuahi telur. Hanya
sperma yang bentuknya sempurna yang disebut normal. Pria normal memproduksi
paling tidak 30% sperma berbentuk normal.
d.
Motilitas (Pergerakan) Sperma
Sperma terdiri dari dua jenis, yaitu yang dapat berenang maju dan yang
tidak. Hanya sperma yang dapat berenang maju dengan cepatlah yang dapat
mencapai sel telur. Sperma yang tidak bergerak tidak ada gunanya. Menurut WHO,
motilitas sperma digolongkan dalam empat tingkatan:
- Kelas a: :
sperma yang berenang maju dengan cepat dalam garis lurus seperti peluru
kendali.
- Kelas b :
sperma yang berenang maju tetapi dalam garis melengkung atau bergelombang, atau
dalam garis lurus tetapi lambat.
- Kelas c :
sperma yang menggerakkan ekornya tetapi tidak melaju.
- Kelas d :
sperma yang tidak bergerak sama sekali.
Sperma kelas
c dan d adalah sperma yang buruk. Pria yang subur memproduksi paling tidak 50%
sperma kelas a dan b. Bila proporsinya kurang dari itu, kemungkinan akan sulit
memiliki anak.Motilitas sperma juga dapat terkendala bila sperma saling
berhimpitan secara kelompok sehinga menyulitkan gerakan mereka menuju ke sel
telur.
4.
Hal yang akan diperiksa saat analisis
sperma
Berikut ini beberapa hal yang akan diperiksa saat analisis sperma di
lakukan:
1)
Hitungan sperma (sperm count). Angka
yang normal untuk ini adalah 200 juta per sentimeter kubik.
2)
Kelincahan gerak (motilitas). Uji ini, yang
diberi nilai dari buruk sampai istimewa, menyatakan tingkat aktivitas sperma.
Jika sperma tidak bergerak, mereka tidak dapat sampai ke telur. Sederhana
sekali.
3)
Morfologi. Ini memberi informasi tentang
bentuk sperma anda. Bisa mikro (dalam hal ini berarti terlalu kecil), bisa
makro (dalam hal ini berarti terlalu besar). Ukuran yang diharapkan adalah
sedang.
4)
pH. Semen harus bersifat agak basa
-7,0 hingga 8,5.
5)
Viskositas. Semen harus mudah
dituang.
6)
Volume. Yang normal dalam hai ini
adalah dua hingga lima sentimeter kubik (kira-kira 1/2 hingga 1 sendok teh).
5.
Hasil
pemeriksaan
Standar yang telah ditetapkan WHO adalah:
·
Volume : 2 ml atau lebih
·
pH : 7,2 sampai dengan 8,0
·
Konsentrasi spermatozoa: 20 juta
spermatozoa / ml atau lebih
·
Jumlah total spermatozoa : 40 juta
spermatozoa per ejakulasi atau lebih
·
Motilitas spermatozoa : Dalam waktu
1 jam setelah ejakulasi, sebanyak 50% dari jumlah total spermatozoa yang hidup,
masih bergerak secara aktif.
·
Morfologi permatozoa : 30% atau
lebih memiliki bentuk yang normal
·
Vitalitas spermatozoa : 75% atau
lebih dalam keadaan hidup
·
Jumlah sel darah putih : lebih
sedikit dari 1 juta sel/ml
Dari standar yang telah disebutkan
tersebut, dokter akan membuat suatu simpulan yang akan diterima oleh Anda
sebagai hasil analisis sperma. Adapun macam dan definisi dari kesimpulan
tersebut adalah:
1)
Normozoospermia: Karakteristik
normal.
2)
Oligozoospermia: Konsentrasi
spermatozoa kurang dari 20 juta per ml.
3)
Asthenozoospermia: Jumlah sperma
yang masih hidup dan bergerak secara aktif, dalam waktu 1 jam setelah ejakulasi,
urang dari 50%.
4)
Teratozoospermia: Jumlah sperma
dengan morfologi normal kurang dari 30%.
5)
Oligoasthenoteratozoospermia:
Kelainan campuran dari 3 variabel yang telah disebutkan sebelumnya.
6)
Azoospermia: Tidak adanya
spermatozoa dalam sperma
7)
Aspermia: Sama sekali tidak terjadi
ejakulasi sperma
Dari
interpretasi inilah, awal masalah ketidaksuburan sebuah pasangan dapat
terungkap. Dengan demikian, dokter dan timnya akan dapat membuat suatu rencana
pengobatan untuk menjadi solusi ketidaksuburan seorang pria.
Apabila
hasil analisis sperma menyatakan nilai normal, kemungkinan besar penyebab
ketidaksuburan terdapat pada sang wanita. Oleh karena itu, analisis kesuburan
wanita dapat dijalankan sebagai langkah lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
WHO. 2010. WHO laboratory manual for the examination
and processing of human semen, 5th ed. WHO Press, Geneva
Edward, EW.
Semen Evaluation in Reproductive Medicine and Surgery. By Mosby – Year Book.
Inc. St Louis 1995 : 526 -45.
Ini juga sama gak ada gambar nyaaaaaa
BalasHapus